Minggu, 29 Januari 2012

pendidikan dan kemiskinan

Pendidikan dan Kemiskinan
Kemiskinan di Indonesia berdampak pada perubahan kehidupan anak. Peran anak dalam kelurga miskin bukan hanya menjaga nama baik keluarga tetapi mereka juga ikut mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga miskin tersebut. Dampak negatif yang ditimbulkan pada diri pekerja anak usia dini ini berupa terhambatnya perkembangan fisik, mental dan terutama pada intelektual mereka, karena menurut studi literatur yang dilakukan di Indonesia, terbukti sebagian anak yang bekerja terpaksa putus sekolah.

Padahal sesuai dengan UU No: 2 tahun 1989 tentang stern pendidikan nasional, kemudian lebih dipertegas lagi di dalam Undang-Undang RI No: 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional sebagaimana yang tertuan pada pasal 34 sebagai berukut:
  1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar.
  2. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
  3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
  4. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Selain itu, dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan tujuan nasional;mencerdaskan kehidupan bangsa yang secara konstitusional menjelma ke dalam pasal 31 UUD 1945, ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, sedang ayat (2) menegaskan kepada pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.
Sebetulnya sudah cukup banyak program-program yang dilakukukan pemerintah untuk memutus mata rantai kemiskinan yang mengancam anak-anak. pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).. Dengan pendidikan yang memadai diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan yang terjadi pada orang tua dan keluarganya sehingga tidak berlanjut ke anak-anak generasi berikutnya.
BOS adalah keringanan atau pembebasan total dari uang sekolah, uang buku pelajaran dan sebagainya. Dengan dana BOS seharusnya sekolah-sekolah negeri tingkat SD dan SLTP bisa menerapkan pendidikan gratis. Selain BOS terdapat juga program-program lain seperti Gerakan Orang Tua Asuh ( GNOTA), dan masih banyak gerakan-gerakan lainnya yang dilakukan baik oleh pemerintah atupun pihak-pihak diluar pemerintah.
Argumen kenyataan dilapangan Anak orang miskin tak boleh sekolah lagi , di karena banyaknya pungutan liar dari pihak sekolah orang tua, tak bisa lagi bayar buat masuk sekolah anaknya ,walau di katakan gratis sekolah 9 tahun.tapi dalam lapangan banyaknya pungutan liar dan biyayah yang semakin mahal untuk kebutuh beli buku tulis ,buku cetak mata pelajaran ,banyak orang mengeluh ,katanya ini wajib beli , taukah sebenarnya buku itu buat anak didik sering kali hanya di bawa pulang buat tidur,di karena malas baca karena gurunya tak pernah baca, atau ngajari baca tapi banyakan tugas yang di berikan guru.
Apa lagi sekolah yang bertaraf internasioal orang miskin di larang masuk karena ga punya biaya .bisa masuk kalo engga ada uang , kesitu karena di situ bayaknya tariakan , iuran yang ber bagai macan tarikan karena dengan alasan ,sekolah ber taraf internasional. jadi butuh ini ,itulah . bukti di lapangan orang tua yang meyekolahkanya di sekolah taraf-biasa.
Belajar di sekolah yang penuh misteri dan penuh intruksi,bukan impirasi bagi murid. seorang guru bukan lagi guru tapi seorang penghajar, bukan seorang yang mengajar dengan metode selayaknya guru,kalo kita tengok berapa sih 1 kelas 40,30,50 anak apakah itu masuk akal ,pahala kalo mengajar sebayak itu sama dengan pengajian.
Saran Pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan program BOS yang sudah ada. Adakan evaluasi pada program-program tersebut. Selain itu program pengentasan kemiskinan berupa program-program yang membuat masyarakat lebih produktif lagi, bukan hanya sekedar memberi mereka bantuan-bantuan yang justru membuat mereka bergantung pada pemerintah. dan tindak lajuti yg korupsi dana BOS ini!
« Banyak orang yang bercerita tentang bagaimana menyelamatkan bangsa ini, bangsa besar yang kaya raya ini masih menjadi negara dunia ketiga bahkan di bawah negara-negara tetangganya, bermacam solusi memecah permasalah pelik negara ini muncul, dari pemberantasan korupsi, reformasi birokrasi dan lain-lain.\
Namun menurut saya semua permasalah pelik negara ini akibat pemimpin terdahulu dan sekarang gagal dalam memberi pendidikan berkualitas yang merata pada rakyatnya, pendidikan adalah hal yang sangat penting, untuk memutus sebuah siklus kemiskinan adalah pendidikan, banyak para pengusaha sukses, pejabat-pejabat negeri ini berasal dari keluarga miskin, namun sekarang mereka menjadi seorang tokoh, apa yang merubah mereka?? ya itu adalah pendidikan yang merubah nasib mereka, mereka berhasil memutus siklus kemiskinan yang di turunkan dari orang tua mereka, pendidikan adalah pemutus siklus kemiskinan.
namun sekarang ini di pinggir jalan kita kerap kali melihat anak-anak jalanan yang tidak sekolah dan justru di suruh orang tuanya untuk bekerja, biaya pendidikan yang di gembar-gemborkan gratis hingga 9 tahun (awal tahun 2012 akan menjadi 12 tahun) memang terkesan bagus, namun sejatinya bila dilihak dalam praktik, hal tersebut tidak sepenuhnya gratis, orang tua siswa masih harus membayar biaya seragam dan buku yang bisa mencapai ratusan ribu rupiah, meskipun mampu namun permasalannya lagi bahwa tidak ada yang membimbing anak-anak jalanan untuk bersekolah, orang tua mereka tidak sadar akan betapa pentingnya pendidikan, mereka justru anaknya langsung berkerja di jalanan demi kebutuhan jangka pendek.
« dengan makin jauhnya anak-anak jalanan dari pendidikan akan membuat mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang tidak pernah putus, masa depan indonesia pun akan terus dan terus di dalamketertinggalan.
 kemiskinan sejak saat ini sangatlah meprihatinkan,khsusunya di negara Indonesia terutama kota Jakarta. Kita lihat saja di pinggir jalan banyak sekali warga-warga Indonesia yang tidak mempunyai tempat tinggal yang layak. Mereka rela tidur dengan hanya beralaskan kardus. Dan sehari-harinya mata pencaharian mereka hanyalah menjadi seorang pengemis. Bahkan anak-anak mereka yang masih tergolong sangat kecil sudah mencari uang di pinggir kota. Seharusnya orang-orang yang berdasi melihat keadaan buruk yang mereka alami dan mereka harusnya berfikir bahwa banyak saudara-saudara mereka yag hidupnya terlantar,kelaparan dan tidak sepantasnya kita membiarkan mereka terlihat seperti itu. Mereka bisa membantu atau meberikan suatu pekerjaan yang layak. Sehingga mereka tidak hidup seperti itu dan kadar kemiskinan di Indonesia pun berkurang.
« Bangsa ini, negeri yang kita cintai ini, mestinya menjadi ruang yang oleh pemimpinnya dijelmakan sebagai tanah harapan, yang siapa pun orangnya, asal untuk mencerdaskan bangsa, demi pendidikan generasi penerusnya, selalu punya kemudahan dan dijauhkan biaya mahal pendidikan. Karena pendidikan yang diberikan, investasi berharga.

Namun, impian dan harapan kebanyakan rakyat Indonesia, bagai lepas hampa di awang-awang. Akhirnya seakan kehilangan empati, lembaga pendidikan, baik yang negeri maupun swasta, hanya bisa dimasuki jika kita punya uang. Biaya mahal.

Dalam hal ini, jangan ditanya soal mutu. Karena mutu, cenderung terabaikan lantaran pengelola lembaga pendidikan kini menilai sesuatu dengan uang. Dalam hal ini, tidak disadari negara, kalau pendidikan, atau orang yang dapat mengecap pendidikan yang baik dengan murah adalah investasi yang akan membuat masa depan bangsa ini makin baik.

Kini, banyak orangtua yang stres dan bersedih ketika ingin menyekolahkan anak, untuk membayar masuk kuliah putra-putri mereka, uang tidak ada. Sebagaimana diberitakan media kemarin, di Malang misalnya, seorang ayah terpaksa mencopet untuk membayar uang pendaftaran sekolah anaknya. Mirisnya, anak batal sekolah ayah masuk penjara.
Pada saat yang bersamaan, koruptor di negeri ini mendapat banyak kemudahan dan keleluasaan, bahkan tidak jarang secara hukum ditoleransi. Sementara seorang anak dicoret karena telat mendaftar ulang di salah satu SMK Negeri di Kota Padang, lantaran ibunya baru menerima zakat sehari setelah jadwal pendaftaran ditutup. Seakan tidak ada toleransi, ibu ini bersedih dan masih mengupayakan agar anaknya tetap sekolah.
« Bangsa ini, adalah bangsa yang seakan kehilangan hidayah lantaran korupsi yang mencengkeram dan rasa empatinya yang berkurang dari waktu ke waktu. Sehingga, setiap tahun, kita hanya mendengar banyak anak miskin kesulitan biaya dan meratap ingin sekolah atau kuliah. Mirisnya lagi, tiap tahun kita selalu mendengar imbauan-imbauan yang mestinya tidak adalagi, yakni pemerintah mengimbau agar tidak ada sekolah yang melakukan pungutan. Tetapi, ketika ada sekolah yang mengambil pungutan dari siswa, sanksi pun tidak diberikan.
Begitu tiap tahun imbauannya berulang, sebagaimana juga tiap tahun pemerintah, politisi atau pihak terkait pendidikan, berkata untuk ke depannya, akan mengevaluasi dan memperbaiki kebijakan serta memikirkan bagaimana supaya anak miskin bisa mengenyam pendidikan dengan tuntas.
Tapi, ketika tahun berganti, tahun ajaran baru masuk, kita makin menyadari, belum banyak terperbaiki karena belum sungguh-sungguh ingin mengubah menjadi bangsa yang kebijakannya berpihak pada perbaikan dan nasib bangsanya untuk lebih baik dan milik semua.