PENDAHULUAN
Bismillah, berbicara
mengenai filsafat tidak jauh akan membicarakan tentang hakikat apa yang dituju,
filsafat juga disebut dengan induk dari segala ilmu, mereka para ahlinya mendeskripsikan
dengan pohon ilmu, dari akar akan tumbuh batang lalu daun serta buah hingga
jatuh dan tumbuh lagi ditempat yang lain dan seterusnya, sehingga disebut
dengan induknya ilmu.
Selanjutnya mengenai
ilmu, ilmu mempunyai kriteria-kriteria tertentu bila ingin dianggap sebagai
sebuah ilmu, begitupun dengan filsafat ilmu merupakan bagian dari cabang
filsafat yang akan dibahas pada makalah ini yang mungkin perlu kritikan dan
masukan ibu dosen serta teman-teman sekalian.
Ruang lingkup
pembahasan makalah ini adalah sbb :
a.
Pengertian filsafat dan ilmu.
b.
Pengertian filsafat ilmu.
c.
Ruang lingkup filsafat ilmu.
d.
Hubungan filsafat dengan filsafat ilmu.
PEMBAHASAN
FILSAFAT ILMU
A.
Pengertian FILSAFAT dan
ILMU.
Sebelum membahas pengertian filsafat ada baiknya kita mengupas terlebih
dahulu tentang ilmu, ilmu dalam bahasa inggris disebut science sedangkan
pengetahuan disebut knowledge, terdapat manusia yang ingin hanya tahu
semata dan ada pula manusia yang haus akan pengetahuan tersebut secara mendalam
contoh ketika air dididihkan panas ia tidak puas dengan itu saja namun meneliti
mengapa air tersebut panas? apa yang membuatnya panas? sampai titik apa air tersebut
menjadi mendidih? pertanyaan ini yang
selalu ada dan hadir dalam benak dirinya yang karena ketidakpuasan dalam
dirinya hanya dengan tahu saja, pengetahuan ini yang disebut pengetahuan ilmu
atau kita sebut saja dengan ilmu saja.
Sebagaimana telah dikemukakan poedjawijatna guru besar Universitas
Indonesia Fakultas Psikologi dan Sastra juga guru besar di IKIP Jakarta yang
sekarang bernama UNJ. Menerangkan bahwa ilmu tidak terlalu menghiraukan
kegunaan, hanya hendak tahu semata, karena tujuan utamanya adalah tahu yang
mendalam, sedapat mungkin benar-benar tahu apa sebab demikian dan mengapa
demikian, ilmu juga memiliki segi negatif untuk mencegahnya penggunaan negatif maka etika
sangat penting dalam meminimalisirnya.
Syarat-syarat terbentuknya ilmu adalah sebagai berikut :
a. Objective
b. Metodis
c. Sistimatis
d. Universal.
Dari penjelasan pengertian ilmu di atas, semoga pembaca dapat memahaminya
kita langsung saja pada pengertian filsafat yang mungkin pembahasannya sangat
luas.
Filsafat
Secara etimoligis atau ilmu bahasa filsafat berasal dari dua kata yakni philein
yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat
berarti cinta kebijaksanaan, cinta berarti hasrat yang besar atau
berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh.
Istilah filsafat berawal pada pandangan bahwa pengetahuan manusia yang
sensual melalui indra bukan pengetahuan sebenarnya. Para pemikir yunani ingin
mengetahui tentang sebab sedalam-dalamnya. Mereka tahu bahwa pengetahuan yang demikian itu hanya dimiliki oleh para dewa,
manusia hanya punya keinginan dan cita-cita semata, manusia yang mencintai
pengetahuan disebut cinta kebijaksanaan, filosofia orangnya disebut
filosuf, orang yang mengajukan pertanyaan sesungguhnya filsuf juga dengan
mengajukan pertanyaan ia sudah berfilsafat.
Atau berfikir adalah mengelola data indrawi menjadi pengertian, atau proses
mencari makna, dan kebijaksanaan artinya pengambilan keputusan yang memihak
pihak yang lemah.
Sutardjo
A. Wiramihardja (2006:9) mengatakan bahwa secara etimologis, filsafat berasal
dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa
Inggris yaitu philosophy, sedangkan
dalam bahasa yunani, yaitu philein
atau philos dan sofein atau sophi.
Socrates mengatakan bahwa filosof adalah orang yang mencintai atau mencari
kebijaksanaan atau kebenaran.
Sutardjo A. Wiramihardja (20006:10)
menjelaskan secara terminologis :
1.
Wacana atau argumentasi menandakan bahwa
filsafat memiliki kegiatan berupa pembicaraan yang mengandalkan pada pemikiran,
rasio, tanpa verifikasi uji empiris.
2.
Segala hal atau sarwa sekalian alam,
artinya semua meteri pembicaraan filsafat adalah segala hal menyangkut
keseluruhan yang bersifat universal.
3.
Sistematis artinya perbincangan mengenai
segala sesuatu dilakukaan secara teratur mengenai segala mengikuti sistem yang
berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti.
4.
Radikal
artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekuensinya yang terakhir.
5.
Hakikat
merupakan istilah yang menjadi ciri khas filsafat. Hakikat adalah pemahaman
yang paling mendasar. Jadi filsafat tidak hanya berbicara tentang wujud atau
materi sebagaimana ilmu pengetahuan, tetapi berbicara makna yang terdapat
dibelakangnya. Dalam filsafat, hakikat tersebut sebagai akibat berfikir
radikal.
Juhaya S. Pradja (1997:1) mengatakan bahwa secara
terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam :
- Plato (427SM-347SM). Ia mengatakan bahwa filsafat
adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat mencapai
kebenaran asli.
- Aristoteles (381SM-322SM) Mengatakan bahwa filsafat
adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
- Al Farabi (wafat 950 M) Seorang filosof muslim, mengatakan
bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Dapat diambil kesimpulan tentang pengertian filsafat,
dengan lima hal mendasar :[1]
- Pengetahuan tentang cara berfikir kritis;
- Pengetahuan tentang kritik yang radikal;
- Pengetahuan tentang berfikir kritis sistematis;
- Pengetahuan tentang pemahaman universal terhadap
semua persoalaan; dan
- Pengetahuan tentang kebenaran pemikiran yang tanpa
batas dan masalah yang tidak pernah tuntas.
Sedangkan menurut poedjawaijatna dalam bukunya tahu dan pengetahuan sebuah
pengantar ilmu dam filsafat medefinisikan filsafat dengan ilmu yang mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Hakikat filsafat
Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir
pada pertanyaan. Hakikat filsafat adalah bertaya terus-menerus, karenanya
dikatakan bahwa filsafat adalah sikap bertanya itu sendiri . Dengan bertanya,
filsafat mencari kebenaran namun, filsafat tidak menerima kebenaran apapun
sebagai sesuatu yang sudah selesai. Yang ada hanyalah sikap kritis, meragukan setiap
kebenaran yang ditemukan, dalam filsafat apa yang dianggap kebenaran atau yang
pada titik tertentu diyakini sebagai kebenaran selalu diliputi dengan tanda
Tanya (?).
Dengan bertanya, orang menghadapi realitas
suatu masalah, sebagai sebuah pertanyaan, tugas untuk digeluti, dicari tahu
jawabannya. Bagi filsafat dengan cara itulah manusia menemukan akan kebenaran,
pemahaman mendalam akan masalah dan realitas kehidupan, dengan bertanya manusia
bisa memahami suatu masalah secara masuk akal.
Dari penjelasan diatas pada dasarnya
filsafat dirangkum sehingga mempunyai ciri-ciri sbb :
a.
Deskriptif
b.
Kritis
dan analisis
c.
Evaluatif
dan normative
d.
Spekulatif
e.
Sistimatis
f.
Mendalam
g.
Mendasar
h.
Menyeluruh
Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak
kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan
dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan
tidak menggantungkan diri kepada (agama) lagi untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani
dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia,
Yudea (Israel)
atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah
Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi
filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles.
Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar
karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat.
Buku karangan plato yang terkenal adalah berjudul "etika, republik, apologi, phaedo,
dan krito".
Pembidangan secara umum filsafat.
Dalam tradisi
filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema
tertentu.
- Metafisika
mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan
keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi.
Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
- Epistemologi
mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara
harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal
tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu
pengetahuan.
- Aksiologi
membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia.
Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas
hidup manusia: etika
dan estetika.
- Etika,
atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia
bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu
dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan,
kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
- Estetika
membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika
lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni
dari berbagai macam hasil budaya.[2]
Hubungan
filsafat dengan ilmu.
Antara
filsafat dan ilmu dapat dipertemukan dalam objek materinya namun dalam objek
formanya berbeda, ilmu berhenti pada ketika tidak dapat dibuktikan secara faktual
filsafat tidak demikian karna objectnya ada dan mungkin ada, ilmu membahas
tentang Sesuatu yang jelas seperti meneliti gejala alam dalam bahasa inggris science
atau ilmu eksakta yang keberadaannya dapat dipertanggung jawabkan, tetapi
apakah arti hidup,?, adakah nilai hidup dan adakah maksud dan tujuannya.? Itu
semua bukanlah objek ilmu hayat.
Kalau ada yang menjawab : hidup dan
alam tak ada artinya, tak bernilai dan tak bertujuan serta sebaliknya kalau ada
yang berpendapat ada nilai hidup pada umumnya. Pun hidup manusia dan serta alam
manusia yang hidup itu ada tujuannya pula maka kesemuanya itu, apa merupakan
jawaban yang positif atau negatif.
Bukan
jawaban ilmiah, melainkan filsafat.
Walaupun demikian antara ilmu dan
filsafat ada juga hubunganya, filsafat memang dalam penyelidikannya mulai dari
apa yang dialami manusia, karna tak ada pengetahuan, kalau tidak bersentuhan
lebih dahulu dari indra. Sedangkan ilmu yang hendak menekaah hasil pengindraan
itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan menjalankan fikiran tanpa
menggunakan dalil dan hukum
fikiran yang tidak mungkin
dialaminya.
Sebaliknya, filsafatpun memerlukan data dari ilmu
jika misalnya ahli filsafat manusia hendak menyelidiki manusia itu serta hendak
serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang harus mengetahui gejala
tindakan manusia. Dalam hal ini ilmulah yang bernama psikologi akan menolong
filsafat itu, filsafat akan pincang atau jauh dari kebenaran jika menghiraukan
psikologi.[3]
Agar lebih jelas bahwa ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis yang memberi
jawabab atas ontology yaitu apa yang ingin diketahui epistimologi yaitu
bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan aksiologi yaitu untuk apa kegunaan
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Sedang filsafat adalah ilmu yang
komprehensif maka dilazim disebut induknya ilmu sedangkan ilmu sifatnya parsial
(pragmatisme), ilmu pengetahuan hanya membicarakan hal-hal yang khusus atau
satu bidang saja.
Ilmu berasal dari bahasa Arab, yakni ”ilm” yang diartikan pengetahuan. Dalam
filsafat, ilmu dan pengetahuan itu berbeda, pengetahuan bukan berarti ilmu,
tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan, sebagaimana bedanya science dan
knowledge dalam bahasa Inggris.[4]
Filsafat Ilmu, kata lain dari epitomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang berarti knowledge, yaitu pengetahuan; logos
berarti theory. Jadi, epistemologi berarti ”teori pengetahuan” atau teori
tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang
hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia.[5]
B.
FILSAFAT ILMU.
Filsafat ilmu merupakan
bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu.
Manakalah orang berfiqir secara filsafat, ketiga wilayah itu – ada,
pengetahuan, dan nilai – kembali digunakan dalam mengupas dan menganalisis
segala sesuatunya.[6]
Filsafat Ilmu, kata lain dari epitomologi, berasal dari bahasa Latin, episteme yang berarti knowledge, yaitu pengetahuan; logos
berarti theory. Jadi, epistemologi berarti ”teori pengetahuan” atau teori
tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang
hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia.
Istilah ”epistemologi” pertama kali dipakai oleh J. F. Ferrier, institutes of Metaphysics(1854 M) yang
membedakan dua cabang filsafat : epistemologi dan ontologi, epistemologi adalah
sains filosofis (philosophical scince) tentang asal usul pengetahuan dan
kebenaran. Puncak pengetahuan epistemologi adalah masalah kebenaran yang
membawa ke ambang pintu metafisika (Hamlyn, 1972:94).
Filsafat ilmu atau epistomologi adalah analisis filosofis terhadap
sumber-sumber pengetahuan, epitomologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang
mengkaji seluk-beluk dan tata cara memperoleh suatu pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan,
metode dan pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan logis dan
rasional.[7]
C.
Ruang Lingkup Filsafat
Ilmu
Ontology berada dalam
wilayah ada. Berasal dari kata yunani Onto ( ada ) dan logos (teory),
dengan demikian ontology dapat diartikan dengan teori tentang ada. Pertanyaan
yang menyangkut wilayah ini adalah apakah object yang ditelaah ilmu? bagaimana
hakikat dari object itu?, bagaimana hubungan antara object tadi dengan daya
tangkap manusia?
Epistemology berada
dalam wilyah pengetahuan berasal dari kata yunani episteme (pengetahuan)
dan logos (teory) dengan demikian epistimologi dapat diartikan dengan
teori tentang pengetahuan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: bagaimanakah
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu? Bagaimana
prosedurnya? Untuk hal ini kita merambah kepada bidang filsafat metodelogi.
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita bisa mendapat pengetahuan yang
benar? Apa yang dimaksud dengan kebenaran itu sendiri? Apa kritetianya? Kita
pun akan masuk kecabang filsafat logika.
Aksiologi berada dalam
wilayah nilai berasal dari kata yunani axion (nilai) dan logos (teori)
pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain untuk apa pengetahuan ilmu
digunakan? Bagaimana kaitan antara penggunaannya dengan kaidah moral? Bagaimana
penentuan object yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana
kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional? Dengan begitu kita masuk pada filsafat
etika.
D.
Hubungan FILSAFAT dengan FILSAFAT ILMU.
Sudah
dikelaskan diatas bahwa filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang
object kajiannya adalah ilmu itu sendiri, timbal balik antara keduanya tak
dapat dipisahkan karena filsafat ilmu merupakan salah satu dari pembagian filsafat
yang luas, singkat kata filsafat ilmu nama lain dari epistimologi ia merupakan
bagian yang secara umum adalah pembagian dari filasafat.
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu
berasal dari bahasa Arab, yakni ”ilm”
yang diartikan pengetahuan. Dalam filsafat, ilmu dan pengetahuan itu berbeda,
pengetahuan bukan berarti ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan,
sebagaimana bedanya science dan knowledge dalam bahasa Inggris.
Filsafat Ilmu, kata lain dari epitomologi, berasal dari
bahasa Latin, episteme yang berarti knowledge, yaitu pengetahuan; logos
berarti theory. Jadi, epistemologi berarti ”teori pengetahuan” atau teori
tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang
hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia.
Filsafat ilmu adalah filsafat yang mengkaji seluk-beluk
dan tata cara memperoleh suatu pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, metode
dan pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan logis dan rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjawijatna. Tahu dan Pengetahuan: pengantar ilmu dan filsafat, Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Prawironegoro, Darsono. Filsafat Ilmu, Jakarta: Nusantara Consulting, 2010.
Saebani, Beni
Ahmad.
Filsafat Ilmu:
kontemplasi
filosofis tentang seluk beluk, sumber, dan tujuan ilmu pengetahuan,
Bandung: CV Pustaka Setia,
2009.
Soetrisno dan Rita Hanafie. Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, Jogjakarta: CV Andy, 2007.
Vardianyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Index, 2005.
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
[1] Beni
Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu: kontemplasi
filosofis tentang seluk beluk, sumber, dan tujuan ilmu pengetahuan, (Bandung : CV Pustaka
Setia, 2009),
h. 29.
[2]
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
[4] Ibid. hal 35
[5] Ibid. hal. 30
[7] Beni
Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu: kontemplasi filosofis tentang seluk beluk,
sumber, dan tujuan ilmu pengetahuan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009)